Woy, jangan anarkis lah!
Demo yang dilakukan oleh gabungan mahasiswa Y berujung anarkis
Jangan gabung ormas B lah, anarkis! Suka ngerusak fasilitas umum
Tebakan saya pasti di antara kalian ada yang pernah mendengar kalimat di atas, bahkan mungkin pernah mengucapkannya, bukan? Tapi benarkah pemilihan kata yang digunakan pada tiga kalimat di atas benar? Apakah kata anarkis selalu berkonotasi negatif? Apakah anarkis selalu berarti pengrusakan? Lantas apa itu anarkisme?
Anarkisme[1] adalah sebuah ideologi atau filsafat politik yang berkembang sekitar pertengahan abad ke-19 di wilayah eropa yang merupakan percabangan dari pemikiran Marx. Bicara tentang ideologi, pada dasarnya ia merupakan proses perjalanan manusia dalam rangka mencipatakan tatanan masyarakat yang ideal. Ada berbagai cara manusia dalam menciptakan tujuannya itu, dan cara-cara itu tergambar dari bermacam-macamnya faham sosial-politik-ekonomi yang ada di dunia. Seperti, liberalisme, komunisme, fasisme, dan tidak terkeculi anarkisme.
Buku kecap ABC dengan foto pengarangnya |
“Waaah, gamau ah baca buku ini, takut dianggap komunis”.
“Ngeri euy, ada kata komunisnya, ntar kalo aku keseret jadi penganut komunis gimana?”.
Pernyataan itu sama seperti,
“Jangan baca buku das Kapital, nanti kamu jadi kapitalis”.
Oh Come on guys, kalian nggak bakal kok tiba-tiba jadi seorang penganut faham A setelah baca buku tentang A. Saran saya segera hilangkan pernyataan-pernyataan itu dalam benak kalian kalau kalian ingin jadi seorang intelektual. Kalian nggak akan secara tiba-tiba menjadi fanatik terhadap suatu faham asalkan… kalian juga baca buku tentang B, C, dan atau D.
“Yaudah deh kalo gitu aing gausah baca buku A, B, C, ama D aja. Kok repot!”
Waaah, ya jangan dong! Kalau semisal tiba-tiba kamu diajak ngobrol sama orang yang berfaham E, yang basically bertentangan sama faham A, B, C, atau D gimana? Sedangkan kamu belum punya dasar apa-apa? Kalo keseret sama faham E gimana? Nggak bahaya tuh?
Seperti itulah kondisi masyarakat sekarang akibat rendahnya minat baca. Bisa dilihat di berbagai media sosial, hujatan kebencian, hasutan terhadap golongan, ideologi, atau agama tertentu bertebaran dimana-mana, dan tidak sedikit masyarakat yang terbawa perasaan dan akhirnya ikut-ikutan menshare. Memang sama-sama berbahayanya antara orang yang nggak pernah baca buku sama orang yang hanya pernah membaca satu buku doang. Sama-sama menghasilkan orang-orang yang fanatis terhadap suatu hal. Kiranya, ada benarnya dawuh Gus Dur “Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula rasa toleransinya”. Dan juga kata Pak Kemal dosen saya, “Kalian itu jangan jadi sarjana yang nggak pernah baca buku. Kalau kalian lulus, kalian akan jadi seperti yang di tivi-tivi itu, ngomongnya doang banyak”. Maka dari itu, mari kita propagandakan slogan sandang, pangan, dan papan diubah menjadi “sandang, pangan, papan, dan buku!”.
Okay, kembali ke ABC Anarkisme. Yak, sampai mana tadi?.........
Okay, jadi buku ini dulunya diterbitkan dengan judul asli “What is Communist Anarchism?”. Buku itu terdiri dari tiga bagian yaitu “Now”, “Anarchism”, dan “The Social Revolution”. Kemudian, buku ini diterbitkan kembali pada tahun 1936 oleh Freire Arbeiter Stimme di New York, dengan judul baru “Now and After. The ABC of Communist Anarchism”. Lalu diterbitkan kembali oleh Freedom Press, salah satu penerbit Inggris dengan judul yang sama dengan yang sekarang yaitu “The ABC of Anarchism” pada Mei 1942, namun tanpa bagian pertama. Meskipun memiliki ukuran yang mungil, buku ini telah menjelma menjadi sebuah dokumen sejarah perjuangan kaum revolusioner melawan penguasa. Buku ini merupakan sebuah pengantar terbaik kepada ide ide anarkisme, apalagi ditulis oleh seorang yang bukan hanya seorang teoritis, tetapi juga sebagai seorang aktifis yang militan.
Tentang penulis sendiri, Alexander lahir pada November 1870 di Wilno yang saat itu merupakan wilayah dari Kekaisaran Rusia[3], yang sekarang menjadi wilayah dari Negara Lithuania. Rusia pada masa itu sedang mengalami masa-masa paling suram dalam sejarahnya. Tingginya kesenjangan sosial yang terjadi antara kaum buruh dengan kaum bangsawan membuat banyak timbul gerakan-gerakan revolusioner rakyat, tak terkecuali Alexander muda. Doi terinspirasi oleh idealisme dan pengorbanan kaum revolusioner, termasuk pamannya Maxim, yang dibuang oleh penguasa ke Siberia. Doi sering banget ikut kajian-kajian yang diadakan organisasi kaum revolusioner, yang akhirnya membuat doi dikeluarkan dari sekolahnya dan mendapatkan wolfs passport yang menyebabkan doi nggak bisa dapat pekerjaan. Akhirnya pada umur 16 tahun, doi terpaksa meninggalkan Rusia dan nyampe Amerika pada tahun 1888. Nah, enam tahun sebelum Alexander muda tiba di Amerika, Johan Most, seorang revolusioner Jerman tiba di Amerika lebih dulu, tepatnya di Chicago. Ia bersama kawan-kawan buruh seperjuangannya membentuk kelompok-kelompok revolusioner sosialis dan anarkis. Bahkan, pada 1883 di Chicago terdapat kurang lebih 3000 orang anarkis. Bahkan mereka sudah memiliki terbitan sendiri dengan tiga bahasa. Akhirnya pergerakan-pergerakan mereka dalam membela hak buruh meletus dengan terjadinya tragedi Chicago[4] pada 4 Mei 1886, yang merupakan awal mula perayaan May Day.
Pada saat diperantauan ini, doi ketemu sama Emma Goldman yang nantinya menjadi istrinya. Di Amerika, dua sejoli ini sangat getol melakukan pembelaan terhadap kesewenang-wenangan pemilik modal terhadap para pekerjanya. Setelah keluar masuk penjara berkali-kali, akhirnya pada Desember 1919 mereka di deportasi dan kembali ke kampong halaman Berkman, Rusia. Kebetulan pada saat mereka tiba, pemberontakan untuk menggulingkan Kekaisaran Rusia sedang mecapai titik kritis dan siap untuk meletus. Pada waktu itu, tentara yang diperintahkan untuk melawan buruh dan petani justru berbalik memihak rakyat. Para buruh mengambil alih pabrik-pabrik dan para petani mengambil alih tanah-tanah dari para tuan tanah. Pemerintah sudah sangat kewalahan dan berada di ujung kehancuran. Apalagi, pada 1918 kaum Komunis Bolshevik[5] (tokohnya yang terkenal diantaranya Lenin, Trotsky, dan Zinoniev) telah mendapatkan kendali atas beberapa wilayah penting Rusia, khususnya Petrograd. Pada 25 Oktober, kaum Bolshevik melakukan coup d’etat (kudeta) di Petrograd dan menjalar sampai ke Moskow. Seluruh tempat-tempat vital yag dikuasai pemerintah telah jatuh ke tangan mereka. Gerakan ini didukung oleh segenap rakyat termasuk kaum anarkis yang juga menginginkan revolusi.
Alex bersama istrinya Emma |
Dari penggalan sejarah di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya anarkisme dan komunisme itu berbeda. Komunis adalah faham yang mengajarkan bahwa kepemilikan pribadi sebagai salah satu masalah utama kemiskinan, ketidakmerataan, dan kemelaratan. Mereka percaya bahwa dengan pemerataan seluruh penduduk akan mengatasi masalah-masalah sosial di atas. Namun, untuk mewujudkancita-cita tersebut mereka menggunakan pemerintah sebagai alat. Berbeda dengan kaum anarkis dimana, kaum anarkis percaya bahwa manusia bisa hidup dengan harmoni apabila tanpa pemaksaan. Sebuah kehidupan tanpa pemaksaan berarti kebebasan, kebebasan dari paksaan dengan kekuatan atau kekerasan. Mereka percaya bahwa kehidupan yang harmoni tersebut tidak akan tercipta apabila masih ada institusi-institusi yang membatasi kebebasan dan ikut campur dalam kehidupan seseorang. Institusi itu mereka namakan “pemerintah”. Pada dasarnya, anarkisme memiliki prinsip penghapusan pemerintah.
”Loh, kalo komunisme sama anarkisme berbeda tapi kenapa tadi ada istilah anarkisme komunis?”
Kaum anarkis dibedakan menjadi dua golongan, yaitu anarkisme komunis dan anarkisme non-komunis atau disebut kaum individualis dan mutualis. Mereka, sama-sama tidak mempercayai pemerintah dan otoritas politik apapun. Perbedaan mendasar dari keduanya terletak pada kepemilikan perseorangan. Kaum individualis dan mutualis percaya pada kepemilikan individu yang sama sekali bertentangan dengan kaum anarkis komunis.
By the way, buku ini juga sangat gamblang membahas bagaimana step-step untuk menjalankan revolusi. Revolusi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu revolusi politik dan revolusi sosial. Sederhananya revolusi politik itu seperti reformasi 98 lalu, dimana hanya pemerintah atau pemegang kekuasaan saja yang diganti. Sementara revolusi sosial merombak total seluruh tatanan kehidupan sosial masyarakat. Revolusi hanya terjadi jika dan hanya jika segenap masyarakat dengan kesadarannya memiliki cita-cita yang sama. Apabila hal itu belum terwujud, revolusi hanya isapan jempol belaka.
Buku ini dibagi menjadi 14 bab yang diawali dengan penjelasan dari penulis bahwa anarkisme tidak seluruhnya berarti pengrusakan. Kaum anarkis percaya bahwa revolusi akan berjalan apabila diawali dengan pengrusakan elemen-elemen pemerintah, terutama militer. Lebih lanjut lagi buku ini membahas tentang bagaimana cara mewujudkan masyarakat yang anarkis, bagaimana merawatnya dan bagaimana mempertahankannya. Kaum anarkis percaya bahwa dengan kesadaran seluruh masyarakat untuk hidup damai, adil, dan sejahtera, kehidupan yang harmoni dan tanpa pemaksaan oleh dan kepada siapapun akan tercapai.
Bakunin, salah satu tokoh anarkisme juga |
PS: pengrusakan terhadap fasilitas umum sebenarnya disebut sebagai vandalisme, lalu buku das Kapital itu adalah karangan Karl Marx untuk mengkritik sistem ekonomi kapitalis.
[1]: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anarkisme
[2]: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Alexander_Berkman
[3]: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Rusia
[4]: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Haymarket
[5]: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bolshevik
Comments
Post a Comment